Sampai saat ini aku tak pernah mengerti kenapa mereka menyebutku seseorang yang pelit terhadap keluargaku. Apa mungkin karena aku jarang membawa makanan ke rumah?
Lalu, kebab, donat, roti bakar, martabak, kue, telur gulung dan makanan lain yang pernah ku bawa itu apa? Tidak. Aku tak memperhitungkan hal itu sama sekali. Aku sebenarnya tak pernah peduli dengan kata “pelit” yang mereka katakan.
Hanya saja aku heran dengan perkataan itu. Aku juga tak pernah berharap untuk mendapatkan balasan dari membantu memberikan uang untuk rumah walau tak seberapa, membayar bpjs untuk keluarga, dan hal-hal lainnya. Aku sangat ikhlas.
Tapi, apa maksud tatapan kalian saat berkata:
A : teteh mah pelit
I : engga pelit ah
A : pelit
*lalu mereka saling bertatapan”
Aku tak pernah mengerti hal apa yang membuat mereka berpikir kalau aku itu “pelit”?
Apa yang sebenarnya harus aku lakukan agar pandangan itu berubah? Aku sebal karena terus dianggap seperti itu.
Mungkin aku memang bukan anak yang membanggakan karena tak bisa memberikan segala hal yang mereka inginkan. Aku juga bukan anak yang baik yang bisa mewujudkan semua keinginan dan harapan mereka.
Tapi, aku selalu berusaha. Meski masih dianggap sebelah mata.
Aku tak peduli lagi. Aku akan tetap menjadi aku. Tapi, jika memang ada hal yang salah dariku segera ucapkan. Jangan hanya menyindir dengan tatapan seperti itu. Tolong mengerti lah, aku sering merasa tak betah berada di rumah karena hal itu.