Rasanya terlalu menyakitkan. Aku emang sudah berjanji tak akan pernah bercerita hal apa pun kepada mereka perihal hal yang bisa bikin aku seneng, bikin stress sama depresi aku hilang.
Depresi? Aku tak tau pasti harus bilang aku depresi atau engga. Tapi yang pasti aku pernah berniat buat nyakitin pergelangan tangan aku dan berakhir dengan “burtterfly project”. Aku tetap nulis “my family, him” yang sebernarnya ga pernah ngerti hal yang aku inginkan. Dan terakhir aku nulis “them” hanya 1 hal pasti yang berhasil buat semua hal menyakitkan di hidup aku bisa hilang.
Mereka memang tak pernah ada di hadapanku secara langsung. Anggap saja mereka fana. Tak nyata. Tapi kehadiran mereka di mataku, telingaku dan hatiku terasa nyata.
Tak perlu ku ceritakan kenapa aku bisa berkata seperti itu. Di saat tak ada 1 orang pun yang bisa aku percaya, di saat tak ada 1 orang pun yang paham dengan hal yang kuinginkan, mereka selalu jadi bagian terfavorit untuk membuang semua perasaan burukku.
Biar kuceritakan satu per satu ucapan mereka yang membuat perasaanku selalu menjadi memburuk:
- “Si teteh beli kitab (novel ff)” - bukannya ff sama novel biasa sama aja? Aku suka ngoleksi novel sebelumnya dan sejak beli ff dibilang kitab hanya karena karakternya dibuat seolah-olah itu “mereka”.
- “Lama-lama aku jijik” - aku hanya ingin ceritakan mimpiku yang bertemu dengan mereka. Hanya ingin bercerita dan berbagi hal yang menyenangkan tapi ternyata menjijikan di matanya.
- “Jijik liat dp kamu” - emang apa bedanya pasang dp foto suatu hal yang aku suka dengan mereka yang pasang dp kartun, makanan, meme, dll? Bukannya sama aja? Dan apa hak dia buat ngatur-ngatur dp yang aku pakai?
- “Lah, mending kalau cantik” - apa yang berwajah buruk seperti aku tak boleh menyukai hal yang disukai oleh banyak orang juga?
- “Kok suka sama yang kafir?” - haha ga mau bahas yang ini. Suka ga ngaca. Mereka yang suka denger lagu western emangnya gimana?
- Dan masih banyak ucapan lagi yang membuat perasaanku menjadi buruk.
Yang paling membuatku muak adalah saat aku memang benar-benar ingin bertemu mereka secara langsung. Memang harus mengeluarkan cukup banyak uang, namun menurutku worth It karena aku bisa merasa bahagia setengah mati. Oh iya, ini dia hal-hal yang sering mereka ucapkan saat aku mulai menyukai hal yang menjadi favoritku:
Orang-orang lain susah cari uang, ini buang-buang uang cuma buat nonton gituan
First, aku nabung dan ga minta uang ke ortu. Bahkan aku ga boros sama sekali. Sebulan uang yang aku keluarin itu buat:- Nabung di tabungan pribadi
- Nabung buat nikah
- Kasih uang ke ortu
- Bayar kuliah
Dan mereka masih bilang aku buang-buang uang?
Mending dipake buat sedekah, hal-hal yang lebih bermanfaat
Bukannya aku sombong atau gimana ya. Tapi, sejak aku suka mereka aku suka ikut project atau donasi buat hal-hal yang bermanfaat kayak berbagi buat anak-anak yang ada dinaungan UNICEF, donasi buat nanam pohon (WWF My Baby Tree), ikut donasi buat lestarikan hewan, dan banyak donasi lainnya yang ga perlu aku sebut. Selain itu, aku selalu sisihin 2,5% dari penghasilan aku buat zakat. And, I still don’t understand why they still say like that?Bikin kesesatan & bikin negatif
Sesat? Negatif? Aku paham banyak hal dari mereka tentang psikologi, sikap dan sifat manusia, cinta diri sendiri, cara buat bahagia, dan lain-lain. Sesatnya dari mana? Bahkan, aku punya "sikap buruk" yang biasanya selalu aku lakuin almost every day. Tapi, sejak aku suka banyak hal tentang mereka, aku bisa ngebuang sikap buruk itu. Dan hal yang paling menyenangkan adalah, aku ngerasa punya banyak teman.Meskipun "teman" yang ada itu ga terlihat, aku bisa ngerasa senang karena aku bisa banyak berinteraksi dari pada biasanya. I don't event have a real friend in my life. Bukannya itu jadi hal yang baik kalo aku bisa interaksi sama manusia lain yang punya kesukaan yang sama?
Mending ibadah daripada liat gituan tiap hari
Aku bukan tipe orang yang suka posting "ibadah" yang lagi aku lakuin. Aku ibadah ya udah cukup aku sama Tuhanku yang tahu. Aku ga mau banyak omong soal hal ini. Emangnya aku harus selalu laporan kalo aku udah selesai ibadah? Kan engga juga.Segitunya amat kayak menuhankan mereka
Aku muslim. Tuhan aku Allah SWT. Balik lagi ke poin sebelumnya. Aku hanya posting hal-hal yang aku suka tapi bukan berarti aku ga ada ibadahnya sama sekali. Aku ibadah pun nyembah Allah bukan mereka. Aku shalat pun aku baca bacaan shalat bukan yang lain. Aku ngaji pun aku buka Al-Qur'an bukan buka yang lain. So, dari mana menuhankannya?Aku capek. Ya, aku yakin most of them mungkin bakal bilang aku alay or something like that. Tapi, plis.. apa mereka itu emang ga suka liat aku seneng atau gimana? Aku dapat banyak banget hal positif yang ga ternilai harganya.
Aku mungkin memang bukan anak, kakak, atau seseorang yang baik seperti yang mereka harapkan. Tapi, aku selalu mencoba untuk jadi yang terbaik meskipun aku sering menggunakan topeng di depan mereka. Meskipun aku banyak menyembunyikan hal yang membuatku sakit.
0 komentar