We have a different world.

By Paouliya - Desember 04, 2019


Ah, kupikir setelah menjalaninya kembali bersamamu, aku bisa menemukan hal yang kurasa sefrekuensi denganmu. Tapi, kurasa tidak. Memang benar pada beberapa hal kecil mungkin ada yang sefrekuensi. Tapi tidak dalam garis besar. Kau tahu, bahkan sampai saat ini, duniamu masih sangat sulit untuk aku masuki.

"Salahkan dirimu sendiri!"

"Sikapmu seperti itu!"

"Kenapa kamu sangat introvert?"

Kata-kata itu masih terus membayangi kepala dan terus berbisik di telingaku sampai saat ini.

"Kenapa kamu tak mencoba merubah sikapmu?"

Kamu pikir aku tak pernah mencoba hal itu? Dari awal aku mengambil keputusan untuk bersamamu aku sudah memikirkan hal ini. Aku harus bisa merubah sikapku. Setidaknya, aku jangan sampai menjadi gadis yang pendiam terus. Aku juga ingin memiliki banyak orang di sekelilingku. Seperti kamu. Seperti mereka. Seperti dia.

Tapi, rasanya sangat sulit untuk menerima banyak hal. Aku sendiri tak paham dengan sikapku. Sejak masuk ke dunia kerja dan berpisah dengan teman-teman di SMK, aku terus merasa kesepian dan merasa cukup nyaman dengan hal itu.

Dengan bertemu denganmu, jujur saja aku jadi bisa bertemu banyak orang. Tapi, tetap saja. Duniamu sangat sulit untuk kutembus.
1. Malam
2. Teman-temanmu

Di umurku yang sudah cukup matang ini, aku masih berada di dalam sangkar besar yang terlihat bahagia. Sebenarnya tidak. Aku sempat merasa sangat tertekan karena hal itu. Rasanya sangat menyakitkan. Tapi, aku hanya bisa diam atau tersenyum dengan menggunakan topeng terbaikku. Aku tak bisa menembus waktu. Yang membuatmu sempat berbelok ke arah lain. Aku paham dengan alasan itu? Tidak. Yang kupahami, kamu tidak begitu mencintaiku.

Sejak saat itu, aku berhenti untuk mencintaimu terlalu dalam. Yang kulakukan saat ini? Aku hanya menjalaninya untuk melihat sejauh apa aku bisa bertahan. Dan, aku ingin melihatmu dan ucapanmu. Itu saja. Jika memang ke depannya akan menjadi hal yang baik, mungkin aku akan senang di masa itu. Tapi jika memang bukan yang terbaik, aku hanya akan menjadikan hal ini sebuah pelajaran yang berharga.

Teman-temanmu?

Aku berhenti menjadi antusias untuk tahu banyak tentang mereka sejak saat itu. Ya, sejak kamu memilih jalan yang menurutmu bisa memuaskan dirimu. Mereka pun menjadi sangat terasa jauh dan sulit untuk ku sentuh walau hanya sedikit karena mereka pun sudah mendapatkan tempat yang membuat mereka merasa menyenangkan.

Aku tak bisa menjadi seceria itu.

Aku tak bisa menjadi sepercaya diri itu.

Kau lihat? Bahkan sampai saat ini, jalan yang pernah kau pilih masih bisa tertawa bersama dengan teman-temanmu. Suatu hal yang sangat sulit untuk kumasuki.

"Mereka bukan orang yang seperti itu."

Aku tahu. Tapi, rasanya masih sangat menyakitkan melihat mereka bisa tertawa bersama dengan jalan yang kau pilih. Aku tak bisa menjadi seperti itu.

Kau ingin tahu kenapa aku tak bertanya lagi "kau tak akan mengajakku ke sana?"

Aku tak peduli lagi. Lagi pula, jalan yang kau pilih sudah lebih banyak memiliki memori yang tersimpan dalam benaknya, kamu dan juga teman-temanmu. Aku takut untuk bertemu mereka semua. Rasanya, seperti membuka luka yang sebenarnya tak pernah bisa sembuh.

Sampai saat ini pun, kita masih berada di dunia yang berbeda. Tak pernah bisa sepertinya. Waktu? Sangat cocok. Teman-temanmu? Sangat pas. Sesuai denganmu? Tentu saja!

Setelah kamu bertemu jalan yang kau pilih, aku menjadi semakin sulit untuk masuk ke duniamu. Semuanya terlihat sangat menyeramkan. Kau tak tahu itu, kan? :)

"Aku sangat bodoh!"

Ya, aku masih mendengar kata-kata itu hampir setiap hari. Kurasa aku terlalu bodoh melakukan hal ini. Aku tak tahu. Sudah setahun lebih, tapi semua hal itu masih terus membayangiku. Kurasa aku tak akan pernah bisa melupakannya.

Rasanya masih sangat menyakitkan.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar